Baku Mutu Kadar Amonia Air Limbah dan Cara Mengukurnya

Pendahuluan

Industri-industri seperti penyamakan kulit, karet, kayu lapis, pengolahan hasil perikanan, pengolahan rumput laut, pengolahan daging, dan rokok memiliki tanggung jawab untuk memenuhi standar kualitas air limbah yang ditetapkan.

Salah satu parameter penting yang perlu diukur dalam air limbah adalah kadar amonia.

Kadar amonia dalam air limbah menjadi perhatian karena dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Amonia adalah senyawa nitrogen yang umumnya ditemukan dalam air limbah industri.

Jika tidak diolah dengan baik, amonia dapat mencemari sumber air dan merusak ekosistem perairan.

Gambar dari https://www.hargaphmeter.com/2019/10/dampak-kandungan-ph-bod-cod-tss-dan-ammonia-dalam-air-limbah-terhadap-kesehatan-manusia-ady-lab.html

Persyaratan Ammonia Total dalam Air Limbah

Sebelum membahas tentang cara mengukur kadar amonia dalam air limbah, penting untuk memahami persyaratan baku mutu terkait ammonia total. Setiap industri memiliki batas maksimum yang diizinkan untuk kadar amonia dalam air limbahnya.

Batas ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan kelestarian lingkungan dan kesehatan manusia.

Amonia total adalah jumlah keseluruhan amonia yang terlarut dan amonia yang berbentuk ion amonium (NH₄⁺) dalam air limbah.

Pengukuran amonia total mencakup semua bentuk amonia yang dapat berkontribusi terhadap dampak negatif pada lingkungan.

Adanya batas maksimum untuk amonia total bertujuan untuk mencegah pencemaran air dan melindungi kehidupan akuatik.

Ketika air limbah melebihi batas yang ditetapkan, proses pengolahan tambahan diperlukan untuk menghilangkan amonia sebelum dibuang ke lingkungan.

Dampak Kadar Amonia pada Air Limbah terhadap Lingkungan

Amonia total yang terkandung dalam air limbah industri dapat menyebabkan beberapa dampak negatif pada lingkungan. Beberapa dampak tersebut antara lain:

  • Pencemaran Air: Amonia dapat mencemari sumber air baik permukaan maupun bawah tanah. Keberadaan amonia yang berlebihan dapat mengurangi kadar oksigen terlarut dalam air dan merusak ekosistem perairan. Hal ini dapat menyebabkan kematian ikan dan organisme akuatik lainnya.
  • Tumbuhnya Alga Berlebihan: Kehadiran amonia yang berlebihan dalam air limbah juga dapat memicu pertumbuhan alga yang berlebihan atau yang disebut sebagai "blooming alga." Hal ini dapat mengganggu keseimbangan ekosistem perairan dan mengurangi keberagaman hayati.
  • Potensi Toksisitas: Amonia yang berlebihan dalam air limbah dapat menjadi toksik bagi beberapa jenis organisme akuatik. Organisme sensitif seperti larva serangga air, larva ikan, dan hewan air lainnya dapat terpengaruh secara negatif oleh amonia.

Karenanya, penting bagi industri-industri tersebut untuk memahami pengaruh amonia terhadap lingkungan dan melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk meminimalkan dampak negatifnya.

Di bagian selanjutnya, artikel ini akan menjelaskan tentang peralatan dan bahan yang diperlukan untuk mengukur kadar amonia dalam air limbah serta prosedur pengukuran yang dapat diikuti.

Baku Mutu Kadar Amonia Air Limbah Industri

Persyaratan baku mutu air limbah terkait ammonia total bagi industri-industri yang harus memenuhi standar kualitas air limbah dapat ditemukan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah.

Setiap industri memiliki batas maksimum yang diizinkan untuk kadar amonia dalam air limbahnya. Berikut adalah beberapa persyaratan ammonia total pada air limbah untuk industri-industri yang telah disebutkan:

1. Industri Penyamakan Kulit

Kadar maksimum ammonia total pada air limbah industri penyamakan kulit adalah 0,5 mg/l.

2. Industri Karet

a. Lateks Pekat: Kadar maksimum ammonia total pada air limbah dari industri karet dengan produk lateks pekat adalah 15 mg/l.

b. Karet Bentuk Kering: Kadar maksimum ammonia total pada air limbah dari industri karet dengan produk karet bentuk kering adalah 5 mg/l.

3. Industri Kayu Lapis

Kadar maksimum ammonia total pada air limbah industri kayu lapis adalah 4 mg/l.

4. Industri Pengolahan Hasil Perikanan (satu jenis kegiatan pengolahan)

a. Kegiatan Pembekuan: Kadar maksimum ammonia total pada air limbah dari kegiatan pembekuan dalam industri pengolahan hasil perikanan adalah 10 mg/l.

b. Kegiatan Pengalengan: Kadar maksimum ammonia total pada air limbah dari kegiatan pengalengan dalam industri pengolahan hasil perikanan adalah 5 mg/l.

c. Pembuatan Tepung Ikan: Kadar maksimum ammonia total pada air limbah dari kegiatan pembuatan tepung ikan dalam industri pengolahan hasil perikanan adalah 5 mg/l.

5. Industri Pengolahan Rumput Laut

Kadar maksimum ammonia total pada air limbah industri pengolahan rumput laut adalah 5 mg/l.

6. Industri Pengolahan Daging

Kadar maksimum ammonia total pada air limbah industri pengolahan daging adalah 10 mg/l.

7. Industri Rokok

a. Air Limbah dari Proses Primer Basah dan Proses Sekunder: Kadar maksimum ammonia total pada air limbah dari industri rokok yang berasal dari proses primer basah dan proses sekunder adalah 3,0 mg/l.

b. Air Limbah dari Sumber Air Limbah Kategori I dan Air Limbah Domestik: Kadar maksimum ammonia total pada air limbah dari industri rokok yang berasal dari sumber air limbah kategori I dan air limbah domestik adalah 10 mg/l.

c. Air Limbah dari Proses Primer Kering dan/atau Proses Sekunder: Kadar maksimum ammonia total pada air limbah dari industri rokok yang berasal dari proses primer kering dan/atau proses sekunder adalah 2,0 mg/l.

d. Air Limbah dari Sumber Air Limbah Kategori III dan Air Limbah Domestik: Kadar maksimum ammonia total pada air limbah dari industri rokok yang berasal dari sumber air limbah kategori III dan air limbah domestik adalah 10 mg/l.

Penting bagi industri-industri yang tercantum di atas untuk memperhatikan persyaratan baku mutu air limbah terkait ammonia total ini.

Pengukuran rutin dan pengendalian yang tepat perlu dilakukan untuk memastikan bahwa kadar amonia dalam air limbah tetap berada di bawah batas yang ditetapkan, sehingga air limbah yang dihasilkan dapat memenuhi standar kualitas dan tidak merusak lingkungan.

Setiap industri harus secara aktif memantau dan memastikan bahwa sistem pengolahan air limbah mereka sesuai dengan persyaratan peraturan yang berlaku.

Selain itu, tindakan perbaikan yang diperlukan harus segera dilakukan jika kadar amonia dalam air limbah melebihi batas yang ditetapkan.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai peralatan dan prosedur yang diperlukan untuk mengukur kadar amonia dalam air limbah, sehingga industri-industri tersebut dapat mengelola dan memantau amonia dalam air limbah mereka dengan lebih efektif.

Prosedur Pengukuran Kadar Amonia dalam Air

Untuk memastikan kepatuhan terhadap persyaratan baku mutu air limbah terkait ammonia total, industri-industri perlu mengikuti prosedur yang tepat dalam mengukur kadar amonia dalam air limbah mereka. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diikuti dalam prosedur pengukuran:

1. Persiapan Peralatan dan Bahan

Langkah pertama adalah mempersiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan untuk pengukuran. Beberapa peralatan yang umum digunakan dalam pengukuran kadar amonia dalam air limbah antara lain:

  • Alat pengukur amonia: Misalnya, spektrofotometer atau instrumen pengukuran elektrokimia yang dapat digunakan untuk mengukur kadar amonia.
  • Larutan standar amonia: Digunakan sebagai pembanding untuk mengkalibrasi alat pengukur amonia.
  • Larutan indikator: Dapat digunakan untuk membantu identifikasi adanya amonia dalam air limbah.
  • Tabung reaksi dan peralatan laboratorium lainnya: Seperti gelas ukur, pipet, pengaduk, dan lain-lain.
  • Bahan kimia: Seperti pelarut, asam atau basa untuk penyesuaian pH, atau bahan kimia lain yang diperlukan dalam prosedur pengukuran.

Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan bersih dan dalam kondisi yang baik sebelum memulai pengukuran.

2. Pengambilan Sampel Air Limbah

Langkah selanjutnya adalah pengambilan sampel air limbah. Pastikan untuk mengambil sampel yang representatif dari air limbah yang akan diukur. Sampel dapat diambil menggunakan botol sampel steril atau alat pengambil sampel yang sesuai dengan kebutuhan.

Perhatikan bahwa waktu pengambilan sampel juga dapat mempengaruhi hasil pengukuran. Pengambilan sampel yang dilakukan pada waktu yang tepat akan memberikan gambaran yang akurat mengenai kadar amonia dalam air limbah.

3. Kalibrasi Alat Pengukur

Sebelum melakukan pengukuran, alat pengukur amonia perlu dikalibrasi dengan menggunakan larutan standar amonia. Kalibrasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa alat pengukur memberikan hasil yang akurat dan dapat diandalkan.

Ikuti petunjuk penggunaan alat pengukur untuk kalibrasi yang tepat. Biasanya, larutan standar amonia dengan konsentrasi yang diketahui digunakan untuk membuat kurva kalibrasi.

Pengukuran dilakukan pada beberapa titik konsentrasi amonia yang berbeda untuk membentuk kurva kalibrasi yang kemudian digunakan untuk menghitung kadar amonia dalam sampel.

4. Pengukuran Kadar Amonia

Setelah alat pengukur dikalibrasi, sampel air limbah dapat diukur untuk menentukan kadar amonia. Ikuti instruksi penggunaan alat pengukur amonia yang digunakan.

Proses pengukuran dapat melibatkan penambahan larutan indikator yang akan memberikan warna khusus ketika amonia terdeteksi.

Perubahan warna ini kemudian dapat diukur menggunakan alat pengukur, seperti spektrofotometer, yang akan memberikan hasil dalam satuan konsentrasi amonia yang sesuai.

Pastikan untuk mengikuti petunjuk penggunaan alat dengan cermat dan mencatat hasil pengukuran dengan benar.

5. Interpretasi Hasil Pengukuran

Setelah mengukur kadar amonia dalam sampel air limbah, hasil pengukuran perlu diinterpretasikan berdasarkan persyaratan baku mutu yang berlaku. Bandingkan hasil pengukuran dengan batas maksimum amonia total yang ditetapkan untuk industri yang bersangkutan.

Jika kadar amonia dalam sampel air limbah berada di bawah batas maksimum, maka air limbah dianggap memenuhi persyaratan baku mutu terkait amonia total. Namun, jika kadar amonia melebihi batas yang ditetapkan, tindakan perbaikan atau penyesuaian proses pengolahan air limbah mungkin diperlukan.

6. Pemeliharaan dan Pengendalian Rutin

Terakhir, penting untuk melakukan pemeliharaan dan pengendalian rutin terhadap peralatan pengukur amonia dan sistem pengolahan air limbah secara keseluruhan.

Pembersihan, kalibrasi ulang, dan perawatan yang tepat dapat memastikan kualitas dan keakuratan pengukuran amonia dalam jangka panjang.

Selain itu, pengendalian proses pengolahan air limbah juga penting untuk meminimalkan kadar amonia dalam air limbah sebelum dibuang ke lingkungan.

Pengendalian yang tepat termasuk pengaturan pH, pemantauan konsentrasi amonia dalam proses produksi, dan penggunaan teknologi pengolahan air limbah yang efektif.

Dengan mengikuti prosedur pengukuran yang tepat dan melakukan pemeliharaan serta pengendalian yang baik, industri-industri dapat memastikan bahwa air limbah yang dihasilkan memenuhi persyaratan baku mutu terkait amonia total. Ini merupakan langkah penting dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan meminimalkan dampak negatif pada ekosistem perairan.

Artikel ini telah menjelaskan langkah-langkah umum dalam prosedur pengukuran kadar amonia dalam air limbah.

Setiap industri harus memperhatikan persyaratan khusus yang berlaku dan mengacu pada pedoman serta peraturan lingkungan yang berlaku di wilayah mereka.

Kontrol dan Tindakan Perbaikan

Untuk memastikan bahwa kadar amonia dalam air limbah tetap berada dalam batas yang ditetapkan, penting bagi industri-industri untuk melaksanakan kontrol rutin dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan.

Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil dalam hal kontrol dan tindakan perbaikan:

1. Pemantauan Rutin

Industri-industri yang harus memenuhi standar kualitas air limbah perlu melakukan pemantauan rutin terhadap kadar amonia dalam air limbah mereka. Pemantauan ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengukur amonia dan mengikuti prosedur pengukuran yang telah dijelaskan sebelumnya.

Dengan melakukan pemantauan rutin, industri dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang fluktuasi kadar amonia dalam air limbah mereka. Hal ini memungkinkan identifikasi awal terhadap perubahan yang signifikan dalam kadar amonia dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengendalikan dan memperbaiki situasi tersebut.

2. Pengendalian Proses Produksi

Pengendalian proses produksi dapat membantu mengurangi kadar amonia dalam air limbah sebelum mencapai tahap pembuangan. Beberapa langkah pengendalian yang dapat dilakukan antara lain:

  • Pengaturan pH: Menjaga pH pada tingkat yang tepat dapat membantu mengendalikan amonia dalam air limbah. Pengaturan pH yang tepat dapat mengurangi volatilitas amonia dan mencegah amonia berubah menjadi bentuk yang lebih toksik.
  • Pemantauan Konsentrasi Amonia: Melakukan pemantauan konsentrasi amonia pada berbagai tahap proses produksi dapat membantu mengidentifikasi sumber potensial peningkatan kadar amonia dalam air limbah. Dengan mengetahui sumbernya, langkah-langkah pengendalian yang lebih efektif dapat diambil.
  • Penerapan Teknologi Pengolahan Air Limbah: Menerapkan teknologi pengolahan air limbah yang efektif, seperti sistem filtrasi, proses oksidasi, atau pemisahan membran, dapat membantu mengurangi kadar amonia dalam air limbah sebelum pembuangan.

Pengendalian proses produksi menjadi penting karena mencegah atau mengurangi kadar amonia dalam air limbah pada sumbernya lebih efektif daripada hanya mengandalkan pengolahan air limbah.

3. Tindakan Perbaikan

Jika hasil pemantauan menunjukkan bahwa kadar amonia dalam air limbah melebihi batas yang ditetapkan, tindakan perbaikan segera harus diambil. Beberapa tindakan perbaikan yang dapat dilakukan antara lain:

  • Optimasi Proses Pengolahan Air Limbah: Meningkatkan efisiensi sistem pengolahan air limbah yang ada atau melakukan penyesuaian proses pengolahan untuk lebih efektif menghilangkan amonia.
  • Peningkatan Pembersihan dan Pemeliharaan Peralatan: Membersihkan dan melakukan pemeliharaan yang rutin pada peralatan pengolahan air limbah dapat memastikan kinerja yang optimal untuk menghilangkan amonia dengan efisien.
  • Penggunaan Bahan Penghilang Amonia: Menggunakan bahan kimia atau bahan penghilang amonia yang efektif dapat membantu mengurangi kadar amonia dalam air limbah.
  • Edukasi dan Pelatihan Karyawan: Memberikan edukasi dan pelatihan kepada karyawan mengenai pentingnya mengendalikan kadar amonia dalam air limbah serta cara yang tepat untuk melakukannya.
  • Penggunaan Teknologi Alternatif: Mengeksplorasi dan mengadopsi teknologi alternatif yang lebih ramah lingkungan dan efisien dalam mengurangi kadar amonia dalam air limbah.

Tindakan perbaikan harus didokumentasikan dan dilaksanakan secara konsisten. Monitoring yang berkelanjutan harus dilakukan untuk memastikan efektivitas tindakan perbaikan yang telah diambil dan mengidentifikasi apakah ada langkah tambahan yang perlu dilakukan.

4. Kolaborasi dengan Pihak Terkait

Kolaborasi dengan pihak terkait, seperti ahli lingkungan, regulator, dan institusi penelitian, juga penting dalam menjaga kontrol dan pengendalian terhadap kadar amonia dalam air limbah.

Pihak terkait dapat memberikan panduan, nasihat, atau informasi terbaru mengenai teknologi dan metode terbaik dalam mengelola amonia dalam air limbah.

Industri-industri juga dapat bergabung dengan asosiasi atau organisasi industri yang relevan untuk berbagi pengalaman, best practice, dan solusi untuk menghadapi tantangan terkait amonia dalam air limbah.

5. Audit Internal dan Eksternal

Audit internal dan eksternal dapat membantu dalam memastikan bahwa kontrol dan tindakan perbaikan terhadap kadar amonia dalam air limbah dilaksanakan dengan benar dan sesuai dengan persyaratan baku mutu yang berlaku.

Audit ini dapat dilakukan oleh tim internal atau melibatkan pihak ketiga yang independen.

Hasil dari audit ini dapat digunakan untuk meningkatkan sistem pengendalian dan memperbaiki kelemahan yang teridentifikasi dalam proses pengelolaan amonia dalam air limbah.

Dengan melaksanakan kontrol rutin dan mengambil tindakan perbaikan yang tepat, industri-industri yang terlibat dalam proses pengolahan air limbah dapat memastikan bahwa kadar amonia dalam air limbah tetap berada dalam batas yang ditetapkan.

Hal ini akan membantu dalam melindungi lingkungan, menjaga kualitas air, serta memenuhi persyaratan baku mutu yang berlaku.

Sebagai langkah terakhir, artikel ini akan memberikan kesimpulan dan rangkuman mengenai pentingnya pengukuran dan pengendalian kadar amonia dalam air limbah bagi industri-industri yang harus memenuhi standar kualitas air limbah.

Kesimpulan

Pengukuran dan pengendalian kadar amonia dalam air limbah sangat penting bagi industri-industri yang harus memenuhi standar kualitas air limbah.

Dalam artikel ini, telah dibahas mengenai cara mengukur kadar amonia dalam air limbah dan persyaratan baku mutu terkait ammonia total untuk beberapa industri seperti penyamakan kulit, karet, kayu lapis, pengolahan hasil perikanan, pengolahan rumput laut, pengolahan daging, dan rokok.

Industri-industri tersebut harus memahami pentingnya menjaga kadar amonia dalam air limbah agar tetap berada dalam batas yang ditetapkan.

Dengan mengikuti prosedur pengukuran yang tepat, seperti persiapan peralatan dan bahan, pengambilan sampel yang representatif, kalibrasi alat pengukur, pengukuran kadar amonia, dan interpretasi hasil pengukuran, industri-industri tersebut dapat memantau dan mengendalikan kadar amonia dalam air limbah mereka dengan lebih efektif.

Kontrol rutin dan tindakan perbaikan menjadi kunci dalam menjaga kadar amonia dalam air limbah tetap sesuai dengan persyaratan baku mutu yang berlaku.

Dengan melakukan pemantauan rutin, pengendalian proses produksi, dan tindakan perbaikan yang diperlukan, industri-industri dapat mengurangi risiko melebihi batas amonia total pada air limbah mereka.

Industri-industri juga perlu berkolaborasi dengan pihak terkait, seperti ahli lingkungan, regulator, dan institusi penelitian, untuk mendapatkan panduan dan nasihat terkait pengelolaan amonia dalam air limbah.

Audit internal dan eksternal dapat membantu dalam memastikan bahwa kontrol dan tindakan perbaikan dilaksanakan dengan benar dan sesuai dengan persyaratan baku mutu yang berlaku.

Penting untuk diingat bahwa kepatuhan terhadap persyaratan baku mutu air limbah terkait amonia total bukan hanya kewajiban hukum, tetapi juga merupakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Dengan memastikan bahwa air limbah yang dihasilkan memenuhi standar kualitas yang ditetapkan, industri-industri tersebut berperan dalam menjaga keberlanjutan lingkungan, melindungi ekosistem perairan, dan memastikan kualitas air yang baik bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Kesimpulannya, industri-industri seperti penyamakan kulit, karet, kayu lapis, pengolahan hasil perikanan, pengolahan rumput laut, pengolahan daging, dan rokok perlu mengukur dan mengendalikan kadar amonia dalam air limbah mereka.

Dengan mengikuti prosedur pengukuran yang tepat, melakukan kontrol rutin, dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan, industri-industri ini dapat memastikan bahwa air limbah yang dihasilkan memenuhi persyaratan baku mutu terkait amonia total.

Hal ini merupakan langkah penting dalam menjaga keberlanjutan lingkungan, melindungi ekosistem perairan, dan memastikan kualitas air yang baik.

Artikel ini memberikan panduan umum bagi industri-industri yang terlibat, namun setiap industri harus mengacu pada peraturan dan pedoman yang berlaku di wilayah masing-masing. Industri-industri juga harus selalu berkomitmen untuk meningkatkan praktik pengelolaan air limbah mereka agar lebih efisien dan ramah lingkungan.

Melalui kesadaran dan tindakan yang tepat, industri-industri ini dapat berkontribusi dalam menjaga lingkungan yang sehat dan berkelanjutan, serta memenuhi tanggung jawab mereka terhadap kelestarian sumber daya air.

advertise